The Story of Coffee, The Devil's Drink

Kisah perjalanan kopi yang pernah disebut sebagai minuman iblis berawal dari abad ke-16, ketika minuman ini dianggap berbahaya dan dikaitkan dengan ritual setan. Sejarah mencatat bagaimana kopi awalnya ditolak oleh otoritas agama sebelum akhirnya diterima dan menjadi minuman populer di seluruh dunia. Dari Ethiopia hingga Kekaisaran Ottoman, kopi menyebar dan mengubah cara kita menikmati minuman ini.

7/5/20243 min read

ONCE KNOWN AS THE DEVIL'S DRINK
ASAL MUASAL KOPI DISEBUT THE DEVIL'S DRINK
DARI KEKAISARAN OTTOMAN KE ROMA

Jauh sebelum kedai kopi ada di mana-mana, starling yang senantiasa setia menanti di trotoar, kerikil coffee shop yang terinjak sneakers Salomon, ada sebuah cerita menarik dari abad ke-16 yang menyebut kopi sebagai "The Devil’s Drink" atau minuman iblis. Siapa yang menyangka bahwa minuman yang kita nikmati dengan sepenuh hati ini, yang menjadi parameter lifestyle jaman now, yang kita yakini membawa banyak manfaat, dulunya pernah begitu dikutuk? Meskipun beberapa orang percaya bahwa cerita ini mungkin hanya legenda, kisah tentang kopi yang disebut sebagai 'minuman iblis' ini patut untuk dibagikan.

Sejarah kopi dimulai pada abad ke-9 di Ethiopia. Menurut legenda, seorang penggembala kambing bernama Kaldi menemukan bahwa kambing-kambingnya menjadi lebih bersemangat dan menari-nari setelah memakan biji kopi. Kaldi kemudian memberi tahu seorang biarawan setempat yang kemudian mencoba mengeringkan dan merebus biji kopi tersebut untuk membuat minuman.

Saat para biarawan menemukan bahwa minuman tersebut membuat mereka tetap terjaga berjam-jam, berita tentang kopi menyebar hingga ke Semenanjung Arab. Seorang Sufi di Yaman bernama Ghothul Akbar Nooruddin Abu Al-Hasan Al-Shadhili juga mengklaim menemukan kopi setelah melihat burung-burung yang setelah memakan biji kopi menjadi sangat aktif.

Dari Ethiopia, kopi menyebar ke berbagai negara melalui perdagangan. Pada abad ke-16, kopi tiba di Turki dan menjadi minuman populer di istana. Tradisi minum kopi berkembang pesat di dunia Islam, dan pusat-pusat kopi (Qahwa) mulai bermunculan di Mekah, Baghdad, dan Kairo.

Pada abad ke-16, kopi sangat populer di Kekaisaran Ottoman, yang kini dikenal sebagai Turki. Hampir semua orang di kekaisaran ini sangat menyukai kopi, sehingga Sultan Murad IV, pemimpin saat itu, mencoba melarang kopi agar orang-orang tidak kecanduan. Namun, meskipun ada hukuman berat bagi peminum kopi, orang-orang tetap menyukai minuman ini. Pada masa itu, kopi dianggap setara dengan narkoba yang menyebabkan kecanduan.

Obsesi Kekaisaran Ottoman terhadap kopi akhirnya sampai ke umat Katolik di Eropa. Ketika perdagangan antara Eropa dan Arab dibuka pada abad ke-16 dan 17, kopi diperkenalkan di Venesia dan Roma. Di sinilah kisah tentang kopi semakin menyebar.

Paus Clement VIII, pemimpin Katolik saat itu, ditekan oleh para penasihatnya untuk mengecam keberadaan dan penyebaran kopi karena dinilai berhubungan dengan Islam. Banyak orang di Roma dan Venesia mulai tertarik dengan kopi, dan para penasihat paus menjuluki kopi sebagai ‘minuman iblis’. Mereka khawatir penyebaran kopi akan memicu penyebaran Islam di Eropa.

AWAL DAN AKHIR DARI NAMA THE DEVIL'S DRINK

Paus Clement VIII, yang bijak, mencoba secangkir kopi sebelum membuat keputusan. Setelah menikmatinya, ternyata ia sangat terkesan dan kagum pada rasa dan efek dari secangkir kopi tersebut. Bahkan, Paus yang awalnya curiga terhadap kopi, akhirnya ikut menikmati minuman ini.

Setelah mencoba kopi, Paus Clement VIII memberkati biji kopi dan mengatakan bahwa kopi lebih baik dari alkohol. Ia membiarkan kopi dinikmati oleh semua pemeluk Katolik dengan harapan mereka akan meninggalkan alkohol yang banyak memberi dampak buruk.

Pihak otoritas Vatikan akhirnya mencabut larangan minum kopi karena keterbukaan generasi mudanya yang bergaul dengan tokoh Muslim seperti Avicenna atau Ibnu Sina, yang sering berdiskusi sambil minum kopi. Mereka melihat bahwa kopi nikmat dan tidak perlu dilarang.

SOURCE